Awalnya cuma dikira masuk angin biasa, tapi ternyata ada infeksi yang lebih serius di balik nyeri dada sebelah saat tarik napas.
Saat nyeri dada bukan cuma karena masuk angin
Beberapa waktu lalu, seorang teman kami—sebut saja namanya Dita—datang mengeluh karena sering merasa nyeri di dada sebelah kanan. Katanya sih, rasanya seperti ditusuk-tusuk tiap kali tarik napas dalam.
Awalnya dia pikir ini cuma masuk angin biasa, atau mungkin salah tidur. Tapi makin hari, rasa sakitnya makin mengganggu, apalagi kalau malam datang. Ditambah lagi, dia sering berkeringat saat tidur padahal cuaca dingin. Nafsu makan turun, badan juga makin lemas.
Akhirnya, Dita periksa ke dokter. Setelah dilakukan pemeriksaan dan rontgen, hasilnya cukup mengejutkan: ternyata dia mengidap pleuritis TB, alias radang selaput paru akibat infeksi tuberkulosis.
Sebenarnya, apa itu pleuritis TB?
Pleuritis TB adalah peradangan pada pleura—lapisan tipis yang menyelimuti paru-paru dan bagian dalam dinding dada—yang disebabkan oleh infeksi bakteri tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis). Jadi, ini bukan cuma TB biasa yang menyerang paru-paru, tapi sudah menyebar ke bagian luar paru, tepatnya ke selaputnya.
Tuberkulosis memang dikenal sebagai penyakit paru, tapi dia juga bisa menyebar ke bagian lain tubuh, termasuk selaput paru. Ketika menyerang pleura, biasanya akan menimbulkan gejala khas seperti nyeri dada yang makin terasa saat menarik napas, sesak, dan demam ringan.
Kok bisa kena? Apa penyebabnya?
Pleuritis TB bisa terjadi melalui dua mekanisme utama. Ini penting dipahami agar kita tahu bahwa radang selaput paru akibat TB bukan hanya karena kuman yang menyebar begitu saja.
1. Penyebaran langsung dari TB paru aktif:
Pada kondisi ini, bakteri TB (Mycobacterium tuberculosis) yang awalnya hanya menyerang jaringan paru menyebar ke pleura. Kuman menyusup ke rongga pleura dan memicu peradangan serta penumpukan cairan (efusi pleura). Ini sering terjadi pada TB paru yang tidak segera diobati.
2. Reaksi imun terhadap kuman TB laten atau sisa kuman:
Dalam beberapa kasus, pleuritis TB bukan disebabkan oleh infeksi aktif yang menyebar, melainkan reaksi berlebihan dari sistem imun terhadap sisa-sisa kuman TB yang sudah tidak aktif. Tubuh mendeteksi adanya antigen dari kuman TB di area pleura dan bereaksi dengan membentuk peradangan. Mekanisme ini mirip dengan reaksi alergi, sehingga disebut juga sebagai hipersensitivitas terhadap TB.
Jadi, pleuritis TB bisa muncul baik karena infeksi TB yang masih aktif, maupun karena reaksi tubuh terhadap TB yang “diam-diam” sudah pernah ada. Keduanya bisa menyebabkan gejala yang sama serius jika tidak ditangani.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya pleuritis TB:
- Riwayat TB paru sebelumnya, terutama jika tidak diobati tuntas
- Kontak erat dengan penderita TB aktif
- Sistem imun lemah (misalnya karena HIV, diabetes, atau malnutrisi)
- Tinggal di lingkungan padat penduduk atau ventilasi buruk.
Gejalanya seperti apa sih?
Yang paling khas dari pleuritis TB adalah nyeri dada yang tajam, terutama saat menarik napas dalam. Tapi selain itu, banyak gejala lain yang sering tidak disadari, karena mirip dengan penyakit umum lainnya. Berikut gejala-gejala yang perlu diwaspadai:
- Nyeri dada sebelah yang makin terasa saat bernapas
- Sesak napas, apalagi kalau posisi berbaring
- Batuk kering atau berdahak (kadang disertai darah)
- Demam ringan yang tak kunjung turun
- Keringat malam berlebih
- Nafsu makan menurun dan berat badan turun drastis
- Merasa cepat lelah
Kalau kamu mengalami kombinasi gejala di atas, apalagi disertai batuk lama atau punya riwayat kontak dengan penderita TB, sebaiknya jangan anggap sepele. Lebih baik periksa ke dokter daripada menyesal nanti.
Bagaimana cara dokter mendiagnosis pleuritis TB?
Untuk memastikan seseorang terkena pleuritis TB, dokter akan melakukan beberapa langkah pemeriksaan. Biasanya dimulai dari wawancara gejala, lalu pemeriksaan fisik, dan dilanjutkan tes penunjang. Beberapa tes yang umum dilakukan:
- Foto Rontgen Dada: untuk melihat adanya cairan di rongga pleura
- USG atau CT Scan Dada: untuk memeriksa jumlah dan letak cairan
- Torakosentesis: pengambilan cairan dari rongga pleura untuk diuji
- Pemeriksaan ADA dan kultur TB: dari cairan pleura
- Uji tuberkulin atau IGRA: untuk mendeteksi infeksi TB laten atau aktif
Hasil cairan pleura pada pleuritis TB biasanya menunjukkan kadar protein tinggi, dominasi sel limfosit, dan peningkatan enzim ADA—indikasi kuat adanya infeksi TB.
Apa pengobatan yang harus dijalani?
Pengobatan pleuritis TB pada dasarnya sama dengan TB paru, yaitu menggunakan kombinasi antibiotik antituberkulosis selama 6 bulan atau lebih. Biasanya terbagi menjadi dua fase:
- Fase intensif (2 bulan): memakai 4 jenis obat: isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol
- Fase lanjutan (4 bulan): memakai 2 jenis obat: isoniazid dan rifampisin
Obat ini harus diminum setiap hari sesuai aturan dokter, tanpa terputus. Kalau berhenti di tengah jalan, bisa bikin bakteri TB jadi kebal obat—dan ini nantinya jauh lebih sulit disembuhkan.
Selain itu, dokter bisa saja memberikan:
- Obat pereda nyeri dan antiinflamasi: untuk meredakan gejala nyeri dada
- Pengeluaran cairan pleura: terutama jika jumlah cairannya banyak dan membuat sesak
- Vitamin atau suplemen: untuk mendukung daya tahan tubuh
Apakah bisa diobati sendiri di rumah?
Sebagian besar proses pengobatan memang bisa dijalani di rumah, asal tetap diawasi dokter. Beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mempercepat pemulihan:
- Minum obat secara teratur: jangan sampai lupa atau sengaja melewatkan
- Istirahat cukup: tubuhmu butuh waktu untuk melawan infeksi
- Makan makanan bergizi: khususnya protein dan vitamin agar imun meningkat
- Hindari rokok dan asap: karena bisa memperparah iritasi paru
- Rajin kontrol ke dokter: agar pengobatan bisa dipantau dan disesuaikan jika perlu
Bisa sembuh total nggak?
Kabar baiknya, pleuritis TB bisa sembuh total asalkan kamu disiplin menjalani pengobatan. Jangan panik, tapi juga jangan meremehkan. Pengobatan yang tuntas akan mencegah komplikasi serius, seperti penebalan pleura atau paru-paru yang sulit mengembang.
Dita, teman kami tadi, sekarang sudah sembuh total. Dia sempat menjalani pengobatan selama 6 bulan, rutin kontrol, dan mulai menerapkan pola hidup sehat. Jadi, jangan takut kalau kamu atau orang terdekat mengalami hal serupa. Yang penting: cepat periksa, patuh minum obat, dan jangan mengabaikan gejala awal.
Kapan harus segera ke dokter?
Kalau kamu atau orang rumah mengalami:
- Nyeri dada sebelah yang terasa seperti ditusuk saat tarik napas
- Sesak napas mendadak
- Demam yang terus-menerus lebih dari 1 minggu
- Batuk lama (lebih dari 2 minggu)
- Berkeringat di malam hari tanpa sebab
Maka sebaiknya segera periksa ke puskesmas atau dokter spesialis paru. Lebih cepat ditangani, lebih besar kemungkinan sembuh tanpa komplikasi.
Penutup
Jadi, jangan anggap remeh nyeri dada sebelah yang datang tanpa sebab. Bisa jadi itu bukan cuma masuk angin atau salah tidur, tapi gejala awal dari pleuritis TB. Dengan deteksi dan pengobatan sejak dini, kondisi ini bisa sembuh total. Jangan ragu untuk periksa, apalagi kalau kamu punya riwayat kontak dengan penderita TB atau gejala yang mengarah ke sana.
Yuk, jaga kesehatan paru-paru kita. Hindari rokok, makan bergizi, dan jangan pernah menyepelekan gejala yang muncul.